Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Gusti Muhammad Hatta, prihatin dengan peringkat Indonesia yang dilansir World Economy Forum tahun 2012-2013. Dalam data bertajuk Global Growth Competitiveness Index, Indonesia menduduki peringkat ke-50 dari 144 negara yang disurvei. Padahal, pada tahun sebelumnya, Indonesia bisa menduduki peringkat ke-46 dari 142 negara yang disurvei.
Menurut Gusti Muhammad Hatta, peringkat Indonesia yang melorot tersebut terkait erat juga dengan dunia riset di Indonesia. Riset di Indonesia hanya sebatas prototipe sehingga hasil penelitian belum berdaya guna. "Melihat kenyataan di atas dan mencermati apa yang telah kita hasilkan hingga sekarang, terlihat belum menunjukkan hasil yang menggembirakan kita semua," kata Gusti di Jakarta, Minggu (17/3).
Menurut Hatta, penurunan peringkat ini memprihatinkan karena indeks tersebut mencerminkan kemampuan teknologi suatu negara. Penurunan peringkat dari 42 menjadi 50 disebabkan "ABG". "Disebabkan ABG, yaitu Akademisi, Business, Government tidak bisa bersinergi dalam memproduksi hasil-hasil riset yang telah dihasilkan selama ini," kata dia.
Selain itu, kata dia, infrastruktur dan birokrasi menjadi penyebab Indonesia mengalami penurunan peringkat. Dengan demikian, banyak hasil riset di Indonesia hanya sampai di prototipe atau hanya sampai di atas meja. Penyebab lainnya adalah pengusaha dan pemerintah yang belum bisa bersinergi dalam memproduksi hasil riset secara massal.
Karya Nyata
Menristek yang juga guru besar pada Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin itu menyatakan harapannya hasil penelitian bisa dikembangkan agar mampu menghasilkan karya nyata dan dikembangkan secara massal agar hasilnya dapat dirasakan masyarakat maupun pihak terkait. Menurut dia, hasil penelitian jangan sampai hanya menjadi dokumen yang disimpan di atas meja dan rak-rak buku atau di laboratorium tanpa dikembangkan sesuai arah dan tujuan penelitian.
"Jangan sampai hasil karya peneliti yang ternyata bagus diambil pihak lain dan diakui sebagai karya mereka sehingga harapan kami, setiap penelitian dikembangkan hingga akhir," pesan dia. Oleh karena itu, kata dia, Kemenristek mendorong setiap peneliti agar mengembangkan hasil penelitiannya, salah satunya melalui program insentif riset Sistem Inovasi Nasional (Sinas).
Dia menjelaskan insentif riset Sinas adalah instrumen kebijakan berupa pendanaan riset melalui peningkatan sinergi, produktivitas, dan pendayagunaan sumber daya penelitian dan pengembangan nasional. "Anggaran yang disiapkan untuk mendanai setiap penelitia," ujar dia. Dia mengharapkan perguruan tinggi negeri maupun swasta menyampaikan proposal- proposal kegiatan atau riset yang bermutu tinggi, terutama yang dapat memecahkan persoalan bangsa. (KJ)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar